• Berita
  • Nobar Film ‘Pesta Oligarki’ di Samarinda Asah Daya Kritis Anak Muda

Nobar Film ‘Pesta Oligarki’ di Samarinda Asah Daya Kritis Anak Muda

Suasana Ketika Nobar Film 'Pesta Oligarki' di Unmul, Samarinda, Kaltim. (Foto/HAE)
Caption: Suasana Ketika Nobar Film 'Pesta Oligarki' di Unmul, Samarinda, Kaltim. (Foto/HAE)(Adakah.id)

ADAKAH.ID, SAMARINDA – Nonton bareng (Nobar) launching film ‘Pesta Oligarki’ yang diselenggarakan oleh Kelompok Belajar Anak Muda (KBAM) di depan Copy Center Perpustakaan Universitas Mulawarman (Unmul), Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim) pada, Senin malam (14/10/2024), berlangsung kondusif.

Film dokumenter garapan Watchdoc sebuah rumah produksi audio visual atau studio film dokumenter yang berdiri sejak 2009 itu, ditayangkan khusus untuk para peserta yang menghadiri atau terlibat dalam nobar ‘Pesta Oligarki’.

Acara nobar film ‘Pesta Oligarki’ yang melibatkan sejumlah kelompok dan kalangan seperti, Aksi Kamisan Kaltim, Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kaltim, sejumlah aktivis, dan Mahasiswa.

Dalam film dokumenter itu, bercertita tentang kondisi perpolitikan saat Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Menggambarkan setiap pesta demokrasi yang diselenggarakan lima tahun sekali itu, masyarakat hanya dapat mendengarkan janji-janji politik dari setiap Pasangan Calon (Paslon).

Yuni salah satu anggota KBAM saat di lokasi menjelaskan bahwa, tingkat literasi generasi muda yang masih minim menjadi kendala dalam partisipasi politik atau Pemilihan Umum (Pemilu).

“Saat ini anak-anak muda, masih minim literasi terkait politik. Apalagi, mereka belum terlalu paham seberapa pentingnya memahami dan terlibat dalam politik,” ucap Yuni.

Dalam potongan caption yang diunggah di Instagram kelompokbelajar_anakmuda dan lainnya berbunyi;

Sudah empat puluh dua tahun Indonesia menggelar pesta demokrasi di setiap lima tahun sekali.
Akan tetapi dibalik angka partisipasi pemilih yang tinggi, masih banyak tantangan yang menghadapi ditengah hiruk pikuk kampanye dan euphoria Pemilu, kita perlu merenung.
Apakah kita benar-benar merayakan hak demokratis kita secara utuh?
Apakah makna demokrasi telah kita pahami dan hayati dengan sungguh-sungguh?
Ataukah kita hanya sebatas mengikuti arus tanpa benar-benar merasakan dampaknya bagi kehidupan sehari-hari?
Ataukah masih ada celah-celah yang perlu kita perbaiki, seperti rendahnya literasi politik, politik uang dan polarisasi yang semakin tajam.

Saat ini masih banyak anak muda yang memiliki stigma negatif terhadap dunia perpolitikan di Indonesia, lanjut Yuni, maka dari itu banyak anak muda tidak tertarik juga tidak dapat menilik visi-misi dari para setiap calon pemimpin.

“Mereka anak hanya tau jika politik itu kotor, dan menjijikan. Jadinya, mereka hanya memilih calon yang memiliki visi-misi yang menguntungkan saja dalam pemilu,” paparnya.

Terlepas dari semua itu Yuni juga menyebut, kesadaran terhadap politik tetap tidak bisa dipaksakan. Akan tetapi dengan adanya nobar seperti ini dirinya berharap dapat membuka ruang-ruang diskusi hingga dapat mengasah daya kritis generasi muda.

(/HAE)

.

MASUKAN KATA KUNCI
Search